Seperti yang kita ketahui, kecerdasan intelektual mencakup kemampuan anak untuk berpikir secara abstrak, menangkap hubungan-hubungan sebab akibat, dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru. Sementara kecerdasan emosional mencakup pengenalan emosi diri, pengendalian emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan mengendalikan hubungan dengan orang lain.
Orang tua mempunyai peran besar dalam mengembangkan IQ maupun EQ anak-anaknya. Berbagai cara dilakukan oleh para orang tua untuk mengembangkan kemampuannya, seperti sejak bayi sudah dibiasakan untuk mendengarkan cerita cerita yang dibacakan oleh ibunya bahkan sejak bayi sudah diperdengarkan musik klasik. Pertumbuhan selanjutnya, anak mulai dirangsang dengan berbagai macam permainan yang merangsang daya pikir, komunikasi dan sosialisasinya. Selama anak berada dalam lingkungan rumah, maka orang tualah yang banyak berperan dalam pengembangan kecerdasan intelektual dan emosionalnya.
Selama ini kita memberikan lebih banyak berkaitan dengan pengembangan kognitif saja. Sangatlah tidak adil jika hanya kemampuan otak sebelah kiri saja yang dikembangkan, pengembangan otak sebelah kanan juga perlu dilakukan agar anak lebih kreatif dan imajinatif dalam ide-idenya. Hal ini sebaiknya dilakukan secara seimbang agarkreativitas anak lebih terarah.
Sikap orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak
Untuk mendapatkan pengendalian emosi pada anak, ada beberapa hal yang perlu dilatih pada anak seperti :
- Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya sendiri dan membiarkan mereka mengungkapkan perasaannya secara sehat bukan dengan cara marah-marah.
- Melatih anak mengekspresikan perasaannya dengan baik.
- Melatih anak mengenali perasaaan orang lain dan dampak perasaan orang lain jika pelampiasannya dalam bentuk emosional yang terarah.
- Melatih anak untuk bersabar dengan tidak selalu mengikuti dorongan emosi.
- Menyadari emosi anak
Memupuk empati dalam diri orang tua adalah perlu agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dengan demikian kita benar-benar dapat menyadari emosi anak. Kepedulian dan kesadaran ini akan membuat anak merasa dimengerti dan diterima apa adanya. Selanjutnya akan menjadi dasar dari kesediaan anak untuk mau mengerti apa yang diharapkan orang tuanya.
- Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mendidik.
Pada saat anak merasa sedih, marah dan takut, maka orang tualah yang pertama yang sangat dibutuhkannya. Dengan mengakui dan mengenali emosi anak, maka anak akan merasa tenang dan peran orang tua semakin dirasakan anak. Usahakan jangan mengabaikan perasaan negatif anak, karena perasaan itu akan hilang dengan sendirinya jika anak sudah mampu membicarakan emosinya dengan jujur.
- Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan perasaan anak
Mendengarkan dan memberikan ungkapan secara empati akan menjadikan anak semakin mengerti bahwa orang tua memperhatikan keperihatinannya karena diakui secara terbuka.
- Menolong anak memberi emosi dengan kata-kata.
Semakin jelas kita menggunakan banyak nama yang menggambarkan kadaremosi yang dirasakan anak seperti tegang, kesal, cemas, marah, sedih, takut, maka anak akan menjadi lebih mengerti perasaannya sendiri yang nantinya mampu melukiskan dengan bahasa bicara dan bukan hanya dengan bahasa tubuh.
- Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah.
Bantulah anak dalam memecahkan masalah berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya dan bantulah dalam menentukan sasaran serta memilih satu pemecahan yang paling memungkinkan.Tahapan-tahapan tersebut memang tidak mudah jika harus dilakukan, karena untuk mengembangkan pengendalian emosi anak juga perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini :
- Hindari kritik, komentar yang menghina, atau mengolok-olok.
- Gunakan pujian lebih banyak.
- Memahami dan membantu mengungkapkan apa yang dirasakan anak.
- Jangan mencoba memaksakan pemecahan kita pada masalah anak.
- Mebaca buku bersama.
- Jangan bersikap terburu-buru dalam proses pengembangan emosi anak.
- Bicaralah berdua dengan anak.
- Hindarilah bersikap selalu marah, dan tidak sabar.
- Hati-hati akan kepura-puraan anak dalam menunjukkan emosi tertentu karena untuk memanupulasi kita.
No comments:
Post a Comment